Makan Bangkai Tanpa Sadar
Lisan
bisa diibaratkan bagai pisau bermata dua, ia bisa menjadi organ tubuh paling
taat, atau menjadi yang paling bermaksiat.
Jika
lisan terbiasa berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat, maka akan sulit untuk
membicarakan hal-hal yang bermanfaat ataupun berdzikir. Begitupula sebaliknya,
karena dua hal yang berlawanan tidak akan mungkin bersatu.
Oleh
karenanya banyak orang yang mendapatkan
kebaikan dengan menyampaikan yang haq melalui lisannya dan tidak sedikit
pula yang terjerumus ke dalam dosa dan maksiat akibat lisannya.
Oleh karena itu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam ketika ditanya tentang perkara yang banyak
memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau bersabda,
"Mulut dan Kemaluan".
(H.R At-Tirmidzi:2004, Ibnu
Majah:4246, dan Ahmad:7907)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
juga bersabda,
"Barangsiapa beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia
berkata yang baik atau diam." (H.R Al-Bukhari:6018)
Dan ketika Mua'dz bin Jabal radhiallahu 'anhu
bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amalan yang
dapat memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang pokok
segala perkara, tiang-tiang- nya dan
puncaknya, kemudian beliau bersabda,
"Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang
menjaga itu semua?" Mu'adz menjawab, Mau
wahai Rasulullah!
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memegang lidah beliau dan bersabda,
"Jagalah ini (lisan)!"Kemudian
Mu'adz bertanya, Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab
perkataan kita? Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,
"Semoga
ibumu kehilanganmu! Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah mereka
atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka".
(H.R At-Tirmidzi:2616)
Diantara
perbuatan lisan yang dapat menjerumusakan seseorang ke dalam dosa dan maksiat
yang seringkali kita jumpai adalah
ghibah.
Di
setiap pembicaraan tak jarang kita dapati di dalamnya tidak lepas dari yang
namanya ghibah, baik itu ghibah terhadap teman, guru-guru atau asatidzah, pemimpin, dan sebagainya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjelaskan tentang definisi ghibah,
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui” Beliau bersabda, “Engkau
mengabarkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya.” Beliau ditanya,
“Bagaimana jika yang
aku katakan itu memang terdapat pada saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika
apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika ia tidak terdapat padanya maka engkau telah
berdusta atasnya.” (H.R
Muslim:2589)
Berapa banyak majelis dan
perkumpulan yang di dalamnya para penuntut
ilmu, namun sangat disayangkan di dalamnya hanya ghibah dan menceritakn
aib dan kekurangan orang lain. -
na'udzu billah –
Padahal
Allah subhanahu wa ta'ala telah menjelaskan keharam- an ghibah, dan
betapa buruknya ghibah.
Allah azza wa jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ
بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ١٢
Artinya,“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah sebagian kalian menggunjing
(ghibah) sebagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang". (Q.S Al-Hujurat:12)
Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Ketika aku mi’raj (naik ke langit), aku melewati
suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga
dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-dadanya. Lalu aku bertanya:
“Siapakah mereka itu wahai malaikat Jibril?”
Malaikat Jibril
menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan
daging-daging manusia dan merusak ke- hormatannya.” (H.R Abu Dawud:4878)
Oleh
karena itu, dari sekarang marilah kita bertekad kuat untuk meninggalkan
'penyakit' ini dan menutup segala celah yang dapat menimbulkannya.
Ibnul Qoyyim -rahimahullah- berkata,
"Merupakan perkara yg meng- herankan,
seorang itu begitu mudah baginya menjaga diri dari makanan haram, berlaku zhalim,
zina, mencuri, minum khamer, memandang
sesuatu yang diharamkan dan
sebagainya, namun sulit baginya mengontrol gerakan lisannya.
Hingga
engkau melihat seorang yang terkenal akan kebaikan agama, sifat zuhud dan ibadah,
namun ia berkata-kata dengan kalimat yang memancing murka Allah sementara ia
tidak peduli akan hal itu, namun satu kalimat itu cukup menjauhkannya antara
timur dan barat. Betapa banyak engkau saksikan seorang yang begitu wara'
(menjaga diri) dari perbuatan keji dan zhalim, namun lisannya panjang dalam
(mencela) kehormatan dan harga diri orang, baik yang masih hidup maupun yang
telah mati, serta tidak ambil peduli terhadap apa yang ia ucapkan"(Ad-Da'
wa Ad-Dawa', hal. 170)
0 komentar:
Post a Comment
Komentarlah dengan baik dan bijak,
Anda sopan kami segan.
Jika ada link yang rusak, tolong bertiahu kami.
Terima Kasih.