-->

Friday, May 9, 2014

Makan Bangkai Tanpa Sadar
Lisan bisa diibaratkan bagai pisau bermata dua, ia bisa menjadi organ tubuh paling taat, atau menjadi yang paling bermaksiat.
Jika lisan terbiasa berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat, maka akan sulit untuk membicarakan hal-hal yang bermanfaat ataupun berdzikir. Begitupula sebaliknya, karena dua hal yang berlawanan tidak akan mungkin bersatu.

Oleh karenanya banyak orang yang mendapatkan kebaikan dengan menyampaikan yang haq melalui lisannya dan tidak sedikit pula yang terjerumus ke dalam dosa dan maksiat akibat lisannya.
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika ditanya tentang perkara yang banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau bersabda,
 "Mulut dan Kemaluan". (H.R At-Tirmidzi:2004, Ibnu Majah:4246, dan Ahmad:7907)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,  hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (H.R Al-Bukhari:6018)
Dan ketika Mua'dz bin Jabal radhiallahu 'anhu bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang pokok segala perkara, tiang-tiang- nya dan puncaknya, kemudian beliau bersabda,
"Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?" Mu'adz menjawab, Mau wahai Rasulullah!
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memegang lidah beliau dan bersabda,
"Jagalah ini (lisan)!"Kemudian Mu'adz bertanya, Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita? Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,
"Semoga ibumu kehilanganmu! Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka". (H.R At-Tirmidzi:2616)
Diantara perbuatan lisan yang dapat menjerumusakan seseorang ke dalam dosa dan maksiat yang seringkali kita jumpai adalah ghibah.
Di setiap pembicaraan tak jarang kita dapati di dalamnya tidak lepas dari yang namanya ghibah, baik itu ghibah terhadap teman, guru-guru atau asatidzah, pemimpin, dan sebagainya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang definisi ghibah,
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui” Beliau bersabda, “Engkau mengabarkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu memang terdapat pada saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika ia tidak terdapat padanya maka engkau telah berdusta atasnya.” (H.R Muslim:2589)
Berapa banyak majelis dan perkumpulan yang di dalamnya para penuntut ilmu, namun sangat disayangkan di dalamnya hanya ghibah dan menceritakn aib dan kekurangan orang lain. - na'udzu billah –
 
Padahal Allah subhanahu wa ta'ala telah menjelaskan keharam- an ghibah, dan betapa buruknya ghibah.
Allah azza wa jalla berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ١٢
Artinya,“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah sebagian kalian menggunjing (ghibah) sebagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". (Q.S Al-Hujurat:12)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Ketika aku mi’raj (naik ke langit), aku melewati suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga dalam keadaan mencakar wajah-wajah dan dada-dadanya. Lalu aku bertanya: “Siapakah mereka itu wahai malaikat Jibril?” Malaikat Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan merusak ke- hormatannya.” (H.R Abu Dawud:4878)
Oleh karena itu, dari sekarang marilah kita bertekad kuat untuk meninggalkan 'penyakit' ini dan menutup segala celah yang dapat menimbulkannya.
Ibnul Qoyyim -rahimahullah- berkata,
"Merupakan perkara yg meng- herankan, seorang itu begitu mudah baginya menjaga diri dari makanan haram, berlaku zhalim, zina, mencuri, minum khamer, memandang sesuatu yang diharamkan dan sebagainya, namun sulit baginya mengontrol gerakan lisannya.
Hingga engkau melihat seorang yang terkenal akan kebaikan agama, sifat zuhud dan ibadah, namun ia berkata-kata dengan kalimat yang memancing murka Allah sementara ia tidak peduli akan hal itu, namun satu kalimat itu cukup menjauhkannya antara timur dan barat. Betapa banyak engkau saksikan seorang yang begitu wara' (menjaga diri) dari perbuatan keji dan zhalim, namun lisannya panjang dalam (mencela) kehormatan dan harga diri orang, baik yang masih hidup maupun yang telah mati, serta tidak ambil peduli terhadap apa yang ia ucapkan"(Ad-Da' wa Ad-Dawa', hal. 170)

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

0 komentar:

Post a Comment

Komentarlah dengan baik dan bijak,
Anda sopan kami segan.
Jika ada link yang rusak, tolong bertiahu kami.
Terima Kasih.

Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com