JANGAN PAKSA AKU BERDUSTA!!!
"Tolong palsukan tanda tangan
ini, kalau tidak, kita bisa rugi"!
"Tolong berbohong, kalau tidak, nilai kita akan jelek"!
"Tolong berbohong, kalau tidak, nilai kita akan jelek"!
"Tolong kamu tanda tangan di sini, biar saya yang tanggung dosanya!"
Dengan berbagai alasan, 'demi
maslahat', banyak orang berbohong, berdusta, bahkan mengajak orang lain juga
berdusta.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ
، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada
kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang
senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh
sebagai pendusta (pembohong).” [H.R Ahmad (I/384); al-Bukhâri (no. 6094)]
Ini mencakup dusta dalam segala sesuatu, jadi tidak
benar orang yang mengatakan, “Berdusta itu jika tidak menimbulkan bahaya untuk
orang lain maka tidak mengapa.” Ini adalah perkataan yang bathil, karena tidak
ada nash yang menunjukkan perkataan tersebut. Tetapi yang ada adalah nash yang
mengharamkan perbuatan dusta secara mutlak.[Syarh Riyâdhis Shâlihîn
(VI/160-161) karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin]
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita berdusta, meskipun untuk menghibur orang lain,
Berdusta juga akan merusak pengetahuanmu dan orang lain tentang sesuatu. Karena seorang pendusta itu menjadikan yang tidak ada menjadi ada, yang ada menjadi tidak ada, yang benar menjadi bathil, yang bathil menjadi benar, kebaikan jadi kejahatan, kejahatan jadi kebaikan.
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita berdusta, meskipun untuk menghibur orang lain,
وَيْلٌ
لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah
bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum
tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud no. 4990 dan Tirmidzi
no. 3315. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Berdusta juga akan merusak pengetahuanmu dan orang lain tentang sesuatu. Karena seorang pendusta itu menjadikan yang tidak ada menjadi ada, yang ada menjadi tidak ada, yang benar menjadi bathil, yang bathil menjadi benar, kebaikan jadi kejahatan, kejahatan jadi kebaikan.
Seorang
yang berdusta itu telah berpaling dari kebenaran yang ada, menjadi ketiadaan,
dan berpengaruh kepada kebathilan. Jika perbuatan-perbuatan itu telah
merusaknya dan kebohongan telah mempengaruhinya, maka hatinya menjadi hati yang
dusta dari lisannya. Dia tidak bisa mengambil manfaat dengan lisannya dan juga
amalan-amalannya.
Karena
itulah berdusta adalah pokoknya kejahatan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ
يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ
Sesungguhnya dusta membawa seseorang
kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka
Yang pertama kali terpengaruh oleh
perbuatan dusta dalam jiwa adalah lisan, dan itu akan merusaknya. Kemudian
berpengaruh kepada anggota badan dan merusak amalan-amalannya sebagaimana dusta
itu merusak lisan dalam perkataan-perkataannya. Sehingga ia berdusta dalam
perkataan, perbuatan, dan keadaannya. Akibatnya, dia rusak, penyakitnya terus
berlanjut sampai binasa. Jika Allâh Azza wa Jalla tidak memperbaikinya dengan
obat kejujuran, Dia akan mencabut kejujuran tersebut dari hatinya.
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan bahwa berdusta itu membawa kepada kejahatan. Yaitu, jika
seseorang berdusta dalam perkataannya, maka dia akan terus dalam keadaan
seperti itu sampai akhirnya berbuat jahat. Wal ‘iyâdzu billâh. Dan itu telah
keluar dari ketaatan, termasuk kedurhakaan dan maksiat. Berbuat jahat menyeret
seseorang ke Neraka, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ ﴿٧﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا
سِجِّينٌ ﴿٨﴾ كِتَابٌ مَرْقُومٌ ﴿٩﴾ وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ ﴿١٠﴾
الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ
Sekali-kali
jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan
dalam Sijjin. Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu? (Yaitu) kitab yang berisi
catatan (amal). Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan!
(yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).”
[Al-Muthaffifiin/83:7-11]
Kemudian
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ
عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Dan jika
seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi
Allâh sebagai pendusta
Kita
berlindung kepada Allâh dari termasuk orang-orang yang suka berdusta. Karena
berdusta itu jika seseorang terbiasa melakukannya, maka dia akan berdusta dalam
segala hal. Dan dia akan dicatat di sisi Allâh sebagai kadzdzâb (orang yang
banyak berdusta).[Syarah Riyâdhis Shâlihîn (hlm. 160-161) karya Syaikh
Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin]
Karena
inilah, asal amalan hati semuanya adalah dari kejujuran, dan lawannya seperti
riya’, ujub, sombong, berbangga diri, lemah, malas, penakut, dan lainnya
asalnya adalah dari perbuatan dusta.
Maka
semua amalan shalih yang tampak maupun yang tersembunyi asalnya dari kejujuran.
Dan semua amalan jelek yang tampak maupun yang tersembunyi asalnya dari
perbuatan dusta.
Allâh Azza wa Jalla akan menghukum orang yang
suka berdusta dengan menahan dan menghalanginya dari maslahat dan manfaat.
Allâh Azza wa Jalla akan membalas orang yang jujur dengan memberinya taufiq
dalam melakukan amal shalih di dunia dan akhirat.[Fawâ’idul Fawâ’id (hlm.
300)]
0 komentar:
Post a Comment
Komentarlah dengan baik dan bijak,
Anda sopan kami segan.
Jika ada link yang rusak, tolong bertiahu kami.
Terima Kasih.