Jangan Engkau Lupakan
Janganlah engkau lupa terhadap jasa
USTADZ atau USTADZAH yang dahulu mengajarkan kepadamu cara membaca al-Quran
yang benar, yang dahulu pertama kali mengajarkanmu menghafal surat-surat
pendek/panjang…
Sekembalinya dirimu dari perantauan
menuntut ilmu, hendaknya menghasilkan adab yang jauh lebih baik… Tidak kita nafi-kan…
setelah engkau tahu ilmu (yg mungkin tidak diketahui mereka), yang mana
ternyata engkau dapati mereka terdapat “kekeliruan/kesalahan” dalam beberapa
perkara dalam agama…
Dan tidak menutup kemungkinan pula
engkau akan mendapati aib/kekurangan pada dirinya.
Akan tetapi…
Apakah engkau melupakan kebaikan mereka
kepadamu? Bahkan berbuat sewenang-wenang terhadapnya? Atau bahkan engkau
berpartisipasi menyebarkan segala bentuk kesalahan,dan kekurangan serta aibnya
ke khalayak ramai???
Di mana keadilan itu???
Dengan kesalahan ataupun kekurangannya
itu engkau melupakan segala bentuk jasa dan kebaikannya padamu dan hanya
kesalahan dan kekurangannya saja yang terbetik dalam benakmu??? Atau Bahkan
tertanam kebencian dalam hatimu terhadapnya, sehingga yang tampak bagimu hanyalah
keburukannya saja???
Sungguh Allah telah berfirman:
وَلَا
تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
…dan
janganlah kalian melupakan keutamaan (siapapun) di antara kalian… (Qs.
al-Baqarah/ 2:237)
Mengenai penafsiran ayat diatas,
adh-Dhahhâk rahimahullâh berkata, “Keutamaan yang dimaksud
adalah budi baik”.
Ketahuilah apabila seseorang yang
diberikan kebaikan,maka wajib baginya untuk berterima kasih kepadanya,
berdasarkan dalil:
مَنْ
لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ
“Barangsiapa
yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepadamanusia, maka tidak bersyukur
kepada Allah.” (HR. at Tirmidziy; dan ia menilainya hasan shahih;dishahihkan
oleh syaikh al-albaaniy)
Dijelaskan Ibnu al-Atsîr rahimahullâh,
“Maknanya adalah: Allâh Ta’ala tidak menerima syukur seorang
hamba kepada-Nya atas nikmat yang telah dilimpahkan,tatkala dia tidak pandai
berterima kasih atas kebaikan manusia kepadanya. Yang demikian karena (kuatnya)
hubungan kedua hal tersebut satu dengan yang lain.
Makna lain dari hadits di atas adalah
barangsiapa memiliki kebiasaan tabiat mengingkari budi baik manusia dan tidak
bersyukur (berterima kasih) atas kebaikan mereka, maka niscaya dia memiliki
tabiat kebiasaan mengkufuri nikmat Allâh Ta’ala dan tidak mensyukuri
nikmat-nikmat-Nya.
Adapula makna lain yang terkandung
dalam hadits di atas, bahwa barang siapa tidak mensyukuri (kebaikan) manusia,
maka dia layaknya orang yang tidak mensyukuri Allâh Ta’ala.
Semua makna ini terpetik melalui
penyebutan nama Allâh Ta’ala Yang mulia (dalam hadits di atas.
pen)”.
[An-Nihâyah fi Gharîbil Hadîts hlm .
488]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
لَيْسَ
مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ
لِعَالِمِنَا
“Bukan
dari ummatku siapa yang tidak menghormati orang yang besar dari kami dan tidak
merahmati orang yang kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang yang alim
dari kami.”
(H.R Ahmad:22755, Dihasankan oleh
Syaikh Al Albany dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir)
Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin
Nashir as-Sa’di rahimahullâh berkata, “Seorang penuntut ilmu
harus memperbaiki adabnya terhadap gurunya,memuji Allah yang telah memudahkan
baginya dengan memberikan kepadanya orang yang mengajarkannya dari
kebodohannya, menghidupkannya dari kematian (hati)nya,membangunkannya dari
tidurnya, serta mempergunakan setiap kesempatan untuk menimba ilmu darinya.
Hendaklah ia memperbanyak do’a bagi gurunya, baik ketika ada maupun ketika tidak
ada. Karena, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
وَمَنْ
أَتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا
تُكَافِئُوهُ، فَادْعُوا لَهُ،حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
"Dan
barangsiapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah (kebaikannya) dengan
kebaikan yang setimpal dan jika kalian tidak mendapat sesuatu untuk membalasnya
kebaikannya maka berdo’alah untuknya sampai kalian merasa telah membalas
kebaikannya.”
(HR. Ahmad; dikatakan imam
al-mundziriy, sanadnya shahiih atau hasan atau yang mendekatinya)
Adakah kebaikan yang lebih agung
daripada kebaikan ilmu?! Padahal, setiap kebaikan itu akan terputus kecuali
kebaikan ilmu, nasihat dan bimbingan???
Dan ingat, orang yang “tidak tahu
berterimakasih” adalah orang yang KUFUR NIKMAT..
Lantas bagaimana lagi jika gurumu tidak
hanya sekedar mengajarkan al-Qur-an? Tapi banyak mengajarkan kepadamu kebaikan?
Bahkan mungkin melalui perantaraan dialah engkau mengenal islam, engkau
mengenal sunnah? Yang mana tadinya engkau berada di jurang neraka? Maka ini
sungguh merupakan kedurhakaan yang sangat.
Takutlah engkau akan dicabutnya
keberkahan dari ilmu yang engkau miliki… Yang mana ilmumu hanyalah menjadi
hujjah (bencana) atasmu…
Ingatlah akan firmanNya:
وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan
(ingatlah juga) ketika Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur
pasti Kami akan menambah(nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”(Q.S Ibrahim: 7)
Maka kita memohon kepada Allah lmu yang
bermanfaat, dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat..
Dan kita memohon kepadaNya agar Dia
memberikan balasan yang terbaik terhadap guru-guru yang telah mengajarkan kita
ilmu yang bermanfaat..
Semoga artikel ini, dapat bermanfaat
bagi penulisnya dan pembacanya, dengan harapan agar kita dapat memahaminya
dengan baik, meresap ke dalam hati kita, sehingga kita dapat mengamalkannya
dalam keseharian kita.
Aamiin...
Terinspirasi dari tulisan di
abuzuhriy.com dengan judul yang sama.
baca juga: Adab SeorangMurid Terhadap Guru
0 komentar:
Post a Comment
Komentarlah dengan baik dan bijak,
Anda sopan kami segan.
Jika ada link yang rusak, tolong bertiahu kami.
Terima Kasih.