-->

Sunday, May 6, 2012

Cerminan Diri Anda


Sangat mudah mengetahui seperti apa cerminan diri Anda. Cukup dengan melihat bersama siapa saja Anda sering bergaul, seperti itulah cerminan diri Anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin.”[HR Al-Bukhaari di Al-Adabul-Mufrad no. 239 dan Abu Daawud no. 4918, dihasankan oleh Syaikh Al-Albaani di Ash-Shahiihah no. 926]

Kalau seorang biasa berkumpul dengan seorang yang hobinya berjudi, maka kurang lebih dia itu seperti itu juga. Begitu pula sebaliknya, kalau dia biasa berkumpul dengan orang yang rajin shalat berjamaah, maka kurang lebih dia seperti itu.
Allah subhanahu wa ta’ala mencptakan ruh dan menciptakan sifat-sifat khusus untuk ruh tersebut. Di antara sifat-sifat ruh adalah dia tidak mau berkumpul dengan selain jenisnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). Oleh karena itu, jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berbeda (berpisah).”[HR Al-Bukhaari 3336 dan Muslim no. 6708]
Memilih teman yang baik adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh. Karena itu, Islam mengajarkan agar kita tak salah dalam memilihnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman.”[HR Abu Daawud no. 4833 dan At-Tirmidzi no. 2378, di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albaani di Ash-Shahiihah no. 927]
Tidak ragu lagi, seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap temannya. Teman bisa mempengaruhi agama, pandangan hidup, kebiasaan dan sifat-sifat seseorang.
Syaikh ‘Abdulmuhsin Al-Qaasim[Beliau adalah imam di Masjid Nabawi dan hakim di Mahkamah Syariah di Madinah] berkata, “Sifat manusia adalah cepat terpengaruh dengan siapa dia bergaul (berinteraksi). Manusia bisa terpengaruh bahkan dengan seekor binatang ternak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Kesombongan dan keangkuhan terdapat pada orang-orang yang meninggikan suara di kalangan pengembala unta. Dan ketenangan terdapat pada pengembala kambing”[HR Al-Bukhaari no. 3499 dan Muslim no. 187]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa, di dalam pengembalaan unta terdapat kesombongan dan keangkuhan serta di dalam pengembalaan kambing terdapat ketenangan. Jika dengan hewan saja, yang dia itu tidak punya akal dan Anda tidak tahu apa maksud dari suaranya, manusia bisa terpengaruh …maka bagaimana pendapat Anda dengan orang yang bisa bicara dengan Anda, paham perkataan Anda, bahkan terkadang membohongi dan mengajak Anda kepada hawa nafsunya serta menghiasi Anda dengan syahwat? Bukankan dia itu lebih berpengaruh?”[Khuthuwaat ila As-Sa’aadah hal. 141]
Setelah mengetahui betapa pentingnya memilih teman yang baik. Penulis menasihati diri penulis sendiri dan pembaca yang budiman agar memilih teman-teman yang memiliki sifat-sifat terpuji, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Benar aqidahnya
Ini menjadi syarat mutlak dalam memilih teman. Dia harus beragama Islam dan beraqidah ahlus-sunnah wal-jamaa’ah. Tidakkah kita semua tahu cerita wafatnya Abu Thalib, pamannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Ketika dia terbaring dan akan meninggal. Di sampingnya ada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ya Pamanku! Katakanlah laa ilaaha illallaah! Satu kalimat yang dengannya saya bisa menjadi saksi di hadapan Allah.” Maka mereka berdua berkata, “Ya Abu Thalib! Apakah kamu membenci agamanya Abdul-Muththalib?”
Senantiasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam “menawarkan” kalimat itu dan mereka juga terus mempengaruhinya. Sampai akhirnya dia tidak mau mengucapkan laa ilaaha illallaah dan tetap memilih agama Abdul-Muththalib.[Lihat Al-Bukhaari no. 1360, Muslim no. 131 dan An-Nasaa’i no.2034]
Cobalah lihat buruknya pengaruh orang-orang yang ada di sekitarnya! Padahal Abu Thalib sudah membenarkan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hatinya.
2. Selamat manhajnya
Ini juga menjadi sifat mutlak yang kedua. Oleh karena itu, Islam melarang berteman dengan Ahlul-bid’ah dan Ahlul-hawa’. Ibnu ‘Abbaas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Janganlah kalian duduk-duduk dengan ahlulhawa! Sesungguhnya duduk-duduk dengan mereka menyebabkan penyakit di dalam hati (yaitu bid’ah ).”[Asy-Syarii’ah lil-Ajury hal. 61dan Al-Ibanah Al-kubra libni Baththah jilid 2 hal. 438, dinukul dari Mauqif Ahlissunnah wal-jamaah min ahlil-hawa’ wallbida’ li Syaikina Ibrahim Ar-Ruhaily jilid 2 hal. 535]
Bagaimana mungkin seorang ahlus-sunnah berkelompok dengan ahlul
bid’ah dan ahlul-hawa’ dengan prinsip kebersamaan? Tidaklah persatuan yang diserukan kecuali persatuan yang semu.
3. Taat beribadah dan menjauhi perbuatan maksiat
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang berdoa kepada Allah, pada waktu pagi dan petang, (yang mereka itu) menginginkan wajah-Nya.” (QS Al-Kahfi: 28)
Ibnu Katsiir di dalam tafsirnya menafsirkan ayat ini, “Duduklah bersama orang-orang yang mengingat Allah, yang ber-tahliil (mengucapkan laa ilaaha illallaah), memuji, ber-tasbiih (mengucapkan subhaanallah), bertakbir (mengucapkan Allaahu akbar) dan memohon pada-Nya di waktu pagi dan petang di antara hamba-hamba Allah, baik mereka itu orang-orang miskin atau orang-orang kaya, baik mereka itu orang-orang kuat atau orang-orang yang lemah.”
4. Baik akhlak dan tutur katanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya”[HR Abu Daawud no. 4682dan At-Tirmidzi no.1163 di-hasanshahih-kan oleh Syaikh Al-Albaani di Ash-Shahiihah no. 284]
Al-Ahnaaf bin Qais berkata, “Kami dulu selalu mengikuti Qais bin ‘Aashim. Kami belajar darinya kesabaran dan kemurahan hati sebagaimana kami belajar fiqh.”[Al-’Afwu wa Al-A’dzar libni Ar-Raqqam dinukil dari Su’ulkhuluq liMuhammad Ibrahim Al-Hamd hal. 134]
5. Suka menasehati dalam kebaikan
Teman yang baik tentu tidak senang jika temannya jatuh dalam perbuatan dosa. Jika Anda memiliki teman, tetapi dia tidak pernah menegur Anda ketika Anda melakukan kesalahan, maka perlu dipertanyaan apakah dia benar-benar teman sejati?
Salah satu ciri orang yang tidak rugi sebagaimana disebutkan oleh Allah di dalam Surat Al-’Ashr yaitu orang-orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ)
Artinya: “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”[HR Al-Bukhaari no. 13, Muslim no. 40 , An-Nasaa’i no.5031, At-Tirmidzi no.2515 dan Ibnu Maajah no. 66]
6. Zuhud dengan dunia dan jauh keinginannya dari mengejar-ngejar kedudukan
Teman yang baik tentu tidak akan menyibukkan saudaranya dengan hal-hal yang sifatnya duniawi. Seperti sibuk membicarakan model-model handphone, model-model mobil mewah dll.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu. Dan Zuhudlah terhadap apa-apa yang dimiliki manusia, maka manusia akan mencintaimu.”[HR Ibnu Maajah no. 4102, di-shahiih-kan oleh Syaikh Al-Albaani di Ash-Shahiihah no.944]
7. Banyak ilmu atau dapat berbagi-bagi ilmu dengannya
Tidak salah lagi, berteman dengan orang-orang yang punya dan mengamalkan ilmu agama akan memberi pengaruh yang besar pada diri kita.
8. Berpakaian yang islami
Teman yang baik selalu memperhatikan pakaiannya, baik dari segi keislamian, kebersihan dan kerapiannya. Syakh Bakr Abu Zaid berkata di kitab hilyah-nya, “Perhiasan yang tampak menunjukkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengelompok-ngelompokkanmu dengan melihat pakaianmu…Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak menjelekkanmu, dan tidak menjadikan suatu cela di dalam pembicaraan orang atau suatu ejekan bagi tukang-tukang ejek.”[At-Ta’liq Ats-Tsamin lisy-Syaikh Al-Utsaimin hal. 107]
9. Selalu menjaga kewibawaan dan kehormatan dirinya dari hal-hal yang tidak layak di pandangan masyarakat
Teman yang baik selalu menjaga dirinya dari hal-hal itu, kendapti pun hal-hal tersebut adalah perkara-perkara yang diperbolehkan dalam agama. Kalau seandainya suatu daerah menganggap bahwa main billiard (bola sodok) adalah suatu yang ‘aib, maka tidak sepantasnya berteman dengan orang-orang yang suka bermain permainan itu.
Betapa indah ucapan Imam Asy-Syaafi’i:

لَوْ أَنَّ اْلمَاءَ اْلبَارِدَ يَثْلَمُ مِنْ مُرُوْءَتِيْ شَيْئًا مَا شَرِبْتُ اْلمَاءَ إلَّا حَارًّا
Artinya: “Seandainya air yang dingin merusak sesuatu dari kewibawaanku (kehormatanku) maka saya tidak akan minum air kecuali yang panas saja.”[Manaaqib Asy-Syaafi’i li-Ar-Raazy hal 85 dinukil dari Ma’aalim fi thariiq thalabil’ilm hal. 166]
10. Tidak banyak bergurau dan meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ)
Artinya: “Di antara ciri baiknya keislaman seseorang yaitu dia meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat baginya.”[HR At-Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976, di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albany di takhrij Ath-Thahawiyyah hal. 276]
Memang kelihatannya agak sulit mendapatkan teman yang seperti disebutkan di atas. Akan tetapi, dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala kemudian dengan usaha yang kuat serta doa kepada Allah, kita akan mendapatkan orang-orang seperti itu.
Lingkungan yang islami sangat mendukung untuk mendapatkan orang-orang seperti itu. Apalagi di lingkungan pondok pesantren, banyak sekali orang-orang soleh yang sangat baik sekali untuk dijadikan teman.
Perlu menjadi catatan, bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang-orang di sekitar kita. Bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang kafir, ahlul-bid’ah, orang-orang fasik dan seterusnya. Akan tetapi, Kita harus tetap berdakwah.
Kita harus melihat maslahat/kebaikan dan mudarat/keburukan yang akan terjadi pada diri kita dan orang orang lain di sekitar kita pada saat kita bergaul dengan mereka. Jika pergaulan kita dengan mereka mendatangkan manfaat yang besar bagi mereka, maka kita harus bergaul dengan mereka. Begitu pula sebaliknya, jika tidak mendatangkan manfaat tetapi justru mendatangkan mudharat bagi diri kita, maka kita tidak boleh bergaul dengan mereka.
Syaikh Ibnu Al-’Utsaimin berkata, “Jika di dalam pergaulan dengan orang-orang fasik menjadikan sebab datangnya hidayah baginya, maka tidak mengapa berteman dengannya. Kamu undang dia ke rumahmu, kamu datang ke rumahnya atau kamu jalan-jalan bersamanya, dengan syarat tidak mengotori kehormatan dirimu di pandangan masyarakat. Betapa banyak orang-orang fasik mendapatkan hidayah dengan berteman dengan orang-orang yang baik.”[At-Ta’liqutstsamin ‘ala syarhi ibni Al’Utsaimin lihilyati thalabil’ilmi hal. 24]
Di dalam masyarakat jika Anda tidak memilih teman yang baik, maka tinggal pilih! Andakah yang akan mempengaruhi orang-orang untuk menjadi lebih baik atau Andakah yang akan dipengaruhi oleh orang-orang untuk menjadi lebih buruk? Ingat! Tidak ada pilihan yang ketiga.
Mudah-mudahan bermanfaat untuk semua. Amin.
Oleh: Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

0 komentar:

Post a Comment

Komentarlah dengan baik dan bijak,
Anda sopan kami segan.
Jika ada link yang rusak, tolong bertiahu kami.
Terima Kasih.

Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com